Ada orang-orang tertentu yang seolah-olah dilahirkan untuk menjadi orang yang sukses dalam pergaulan.
Dengan mudahnya mereka dapat menjalin persahabatan setiap bertemu
dengan teman yang baru. Bukan itu saja, persahabatan mereka pun
biasanya bertahan sampai kekal. Sebaliknya, ada pula orang-orang yang
justru mengalami kesukaran dalam pergaulan. Banyak faktor yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan kita dalam pergaulan, salah satunya adalah gaya kita dalam berkomunikasi. Lihatlah fenomena di masyarakat yang tergambar secara singkat berikut ini.
Di sebuah kota “Harapan”, suatu ketika ada seorang camat bernama “antik” berkata kepada para lurahnya : “ Besok,
tepat pukul 09.00, kita meeting di kantor kecamatan, tepatnya diruang
saya, pastikan kalian semua membawa laporan lengkap dan tidak boleh
diwakilkan”. Pak camat ini dikenal sangat disiplin, tegas dan juga
cukup berwibawa karena keteladanannya dalam bekerja. Di mata para lurah
dan warga di kecamatannya, pak camat ini adalah sosok yang kharismatik
dan sangat ditokohkan namun tidak bagi beberapa camat di kota “Harapan” tersebut. Kenapa ?
Semuanya berawal dari gaya komunikasi yang dia
miliki. Suatu waktu, bapak Walikota mengundang semua camat untuk
membahas suatu perkara penting yaitu persiapan meraih Piala Adipura.
Bukan untuk pertama kalinya, ternyata si camat “antik” tidak
bisa hadir dalam meeting tersebut namun kehadirannya diwakilkan ke
salah satu pegawai kecamatannya. Mendengar informasi bahwa si camat “antik” tidak datang, ini sudah dua kali dari 6 kali undangan, pak walikota “berang” dengan berkata : “Tolong
sampaikan kepada camat “antik”, besok “wajib” datang ke kantor saya
tepat pukul 10.00, tidak lebih tidak kurang dan tidak diwakilkan”
Mendengar dirinya dimarahi didepan umum, pak camat “antik” balik berkata : “Ya
begitulah pimpinan, tidak pernah memahami kondisi bawah, saya tidak
hadir kan karena ada situasi di bawah yang membutuhkan kehadiran saya”. Dia berkata seperti itu seolah lupa ketika menuntut para lurahnya juga “ tidak boleh diwakilkan “ kehadirannya ketika rapat kecamatan.
Dari kisah diatas, tidak adanya ruang berkomunikasi
ketika seseorang memerintah anak buahnya dan ketika anak buah ada
halangan dalam mengikuti sebuah program yang disepakati adalah sebagian
yang menjadi pemicu munculnya “praduga-praduga”.
Saudaraku, sebagian besar tugas membutuhkan proses komunikasi yang clear (jelas) antara pemberi tugas dan pelakasana tugas sehingga tidak salah dalam implementasi dan sangat sedikit yang sifatnya instruksi, walaupun itu juga harus diberi ruang.
Saudaraku, sebagian besar tugas membutuhkan proses komunikasi yang clear (jelas) antara pemberi tugas dan pelakasana tugas sehingga tidak salah dalam implementasi dan sangat sedikit yang sifatnya instruksi, walaupun itu juga harus diberi ruang.
Mungkin kisah diatas akan lebih indah kita baca
ketika pak walikota maupun pak camat melengkapi perintah undangannya
dengan sebuah deskripsi atau mengkomunikasikan kenapa sebuah acara itu
penting untuk dihadiri dan tidak bisa diwakilkan dan apa kompensasinya
apabila diwakilkan atau tidak hadir. Gaya komunikasi keduanya pun
harus dibenahi agar tidak terkesan otoriter. Harus lebih empati dalam
berkomunikasi.
Dan sebagian pak camat juga akan lebih baik jika “tabayyun” (meminta klarifikasi) kenapa pak camat “antik” tidak hadir dalam beberapa acara sebelum membuat “praduga” (su’udhon) yang tidak proporsional.
Sedang pak camat “antik” sendiri mestinya juga harus seimbang dalam hal disiplin baik ke anak buah maupun ke atasan. Jangan hanya disiplin ke bawah tapi tidak disiplin ke atas. Disiplin memberi tugas dan disiplin melaksanakan tugas. Apalagi jika tugas itu tidak bisa diwakilkan.
Dan sebagian pak camat juga akan lebih baik jika “tabayyun” (meminta klarifikasi) kenapa pak camat “antik” tidak hadir dalam beberapa acara sebelum membuat “praduga” (su’udhon) yang tidak proporsional.
Sedang pak camat “antik” sendiri mestinya juga harus seimbang dalam hal disiplin baik ke anak buah maupun ke atasan. Jangan hanya disiplin ke bawah tapi tidak disiplin ke atas. Disiplin memberi tugas dan disiplin melaksanakan tugas. Apalagi jika tugas itu tidak bisa diwakilkan.
Saudaraku, kesuksesan kepemimpinan, pekerjaan, dan
hubungan-hubungan pribadi sangatlah tergantung pada kemampuan kita
dalam berkomunikasi. Memperbaiki komunikasi organisasi berarti
memperbaiki kinerja organisasi.
Ketika proses komunikasi antar komponen di dalam Partai kita dapat dise-lenggarakan secara harmonis, maka InsyaAllah Partai kita akan semakin kokoh dan kinerja Partai kita akan semakin meningkat sehingga kemenangan demi kemenangan akan kita raih dan impinan kepemimpinan terasa begitu dekat.
* Fatkur Rohman : Ketua FPKS DPRD II Kota Surabaya periode 2009 - 2014
Ketika proses komunikasi antar komponen di dalam Partai kita dapat dise-lenggarakan secara harmonis, maka InsyaAllah Partai kita akan semakin kokoh dan kinerja Partai kita akan semakin meningkat sehingga kemenangan demi kemenangan akan kita raih dan impinan kepemimpinan terasa begitu dekat.
* Fatkur Rohman : Ketua FPKS DPRD II Kota Surabaya periode 2009 - 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar