Ngetop Abizzz...

Jumat, 30 Maret 2012

Perempuan & Anak Paling Menderita Jika Harga BBM Naik


<!-- Google Plus Script

Jakarta (29/3) Ketika harga BBM dinaikkan, dampak yang terjadi ibarat efek domino, akan berujung pada rembetan kenaikan harga berbagai hal mulai dari biaya transportasi, sembako, juga kebutuhan harian lainnya. Tetapi di ujung itu semua, perempuan dan anaklah yang akan merasakan derita paling awal dan paling berat.

Perempuan dalam hal ini isteri dan ibu, umumnya mengatur dan mengelola keuangan rumah tangga. Ibarat menata APBN, dengan anggaran yang segitu-gitunya, kenaikan harga sayur mayur, beras, minyak, telur, biaya transport, bahan sandang dan bahkan kemungkinan juga biaya jasa, para ibu ini akan mengambil jalan paling mudah, memangkas kualitas dan kuantitas makanan di dalam rumah.

“Kalau makanan dalam keluarga terkurangi jumlah dan kualitasnya, siapa yang berkorban paling dulu? Umumnya kaum ibu. Dan siapa yang terkena efek paling buruk? Anak, utamanya balita,” kata Ledia Hanifa Amaliah, aleg komisi VIII DPR RI yang salah satunya mengurusi soal Perempuan dan Anak.

Padahal, Ledia mengingatkan, jumlah perempuan yang sekitar 118 juta dan anak usia balita yang sekitar 22 juta merupakan lebih dari separuh total penduduk Indonesia yang 237 juta jiwa. Bila kondisi kecukupan dan kelengkapan gizi yang mereka asup tidak terpenuhi, dapat dibayangkan betapa suramnya kondisi masyarakat Indonesia ke depannya.

Balita sangat perlu kecukupan dan kelengkapan gizi. Begitu pula ibu hamil dan menyusui. Tetapi sayangnya seringkali merekalah yang justru paling awal terkoreksi asupan makanan sehat bergizinya setiap kali beban ekonomi meningkat.

“Pada awal 2012 ini saja, Indonesia sudah menjadi ‘juara’ kelima di dunia untuk negara dengan banyaknya jumlah anak bertubuh pendek yang diakibatkan kurang gizi, apa pemerintah mau ‘naik peringkat’ dengan membiarkan daya beli masyarakat melemah seiring kenaikan BBM?” sindir aleg FPKS dari Bandung Cimahi ini lagi.

Belum lagi kalau bicara soal pendidikan pun akses kesehatan. Lagi-lagi perempuan dan anak yang akan menjadi korban.

“Rutinitas cek kesehatan bagi ibu hamil dan anak balita, misalnya, akan mudah tergusur.Begitu pula biaya sekolah yang mahal di ongkos dan mahal di buku atau di perlengkapan sekolah akan memicu anak putus sekolah di usia tamat SD atau SMP. Dan siapa yang akan duluan terpilih untuk putus sekolah? Umumnya anak perempuan.  Dan mengapa biaya transport dan buku dan perlengkapan sekolah jadi mahal, juga karena didongkrak kenaikan harga BBM.” ujar Ketua V Kaukus Perempuan Parlemen DPR RI ini pula

Karena itu Ledia dengan tegas meminta pemerintah membatalkan rencana menaikkan harga BBM pada 1 April nanti demi masa depan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Sebab sekalipun diiringi rencana pemberian bantuan langsung sementara kenaikan harga BBM tetap akan menyusahkan rakyat. Sebab BLSM hanya merupakan solusi jangka pendek dari efek domino yang panjang, membelit dan merambat ke banyak sektor kehidupan.

Soal beratnya beban APBN, Ledia yakin masih ada jalan untuk melakukan koreksi, diantaranya dengan melakukan efisiensi belanja pemerintah serta perbaikan strategi pengelolaan energi.

“Banyak pos-pos anggaran kementerian dan kelembagaan bisa dihemat. Juga fasilitas bagi pejabat pemerintah. Anggaran perjalanan, fasilitas bagi pejabat, termasuk anggaran pakaian dinas misalnya, bisa dipotong. Dan itu tidak hanya berlaku bagi pemerintah. Bagi anggota dewan pun, silakan saja. ” Tantang Ledia.

Sumber: Fraksi PKS DPR RI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar