Akhirnya
Pak Anggito Abimanyu, salah satu fundamentalis neo-liberal Indonesia
yang selalu bersikeras menaikkan harga BBM dengan alasan "mengurangi
beban subsidi BBM", mengakui bahwa tidak ada subsidi dalam BBM. "Masih
ada surplus penerimaan BBM dibanding biaya yang dikeluarkan," katanya
dalam acara talkshow di TVOne hari Senin (13/3), terkait rencana
kenaikan harga BBM akibat kenaikan harga BBM dunia. Anggito menjadi
salah satu narasumber bersama Kwik Kian Gie dan Wamen ESDM.
Mungkin Anggito
tidak akan pernah memberikan pengakuan seperti itu kalau saja tidak
karena ada Kwik Kian Gie yang telah lama menyampaikan pendapatnya bahwa
isu "subsidi" adalah pembohongan publik, dan pendapat itu diulangi lagi
dalam acara talkshow tersebut di atas.
Pengakuan
tersebut menunjukkan dengan sangat-sangat gamblang bahwa isu "subsidi"
yang selama ini digembar-gemborkan pemerintah sebagai alasan kenaikan
harga BBM adalah sebuah "pembohongan". Sebagaimana pengakuan Anggito,
tidak ada subsidi BBM, bahkan ketika saat ini harga BBM dunia mencapai
$120 per-barrel.
Meski dalam blog
ini pernah saya kupas secara mendetil mengenai penghitungan biaya dan
penerimaan BBM oleh pemerintah, saya ingin kembali mereview-nya secara
sederhana. Jika pemerintah mengambil BBM secara cuma-cuma dari dalam
bumi Indonesia dan kemudian mengekplorasinya dengan biaya $20
per-barrel, sementara harga minyak dunia tidak pernah di bawah biaya
produksi tersebut, darimana munculnya subsidi? Hanya orang bodoh moron
idiot yang masih percaya pada bualan soal "subsidi" tersebut.
Meski terlambat
dan menunjukkan dirinya sebagai pengkhianat rakyat dan pengkhianat
nuraninya sendiri selama menjadi pejabat negara (kini Anggito bukan
lagi pejabat pengambil kebijakan ekonomi), pengakuan Anggito (mantan
dosen saya waktu mahasiswa) sebenarnya menjadi koreksi "kebijakan
pemerintah" dalam soal BBM. Namun alih-alih pemerintah terus saja
menggunakan isu "subsidi" imaginatif untuk melegitimasi rencana
kenaikan harga BBM, termasuk dalam iklan sosialisasi kenaikan harga BBM
yang saat ini gencar ditayangkan di televisi.
Dalam diskusi
tersebut Anggito memang tetap mendukung rencana kenaikan harga BBM,
namun kini dengan alasan yang lebih rasional, tidak lagi menggunakan
imajinasi "subsidi", melainkan demi mengurangi beban APBN. Dan inilah
yang mestinya menjadi dasar kebijakan pemerintah, mengurangi beban APBN
tanpa harus menipu rakyat.
Baik, kalau
hanya mengatasi "tekanan" APBN ada banyak cara untuk mengatasinya tanpa
harus menyengsarakan rakyat sebagaimana kebijakan menaikkan harga BBM.
Bisa mengintensifkan penerimaan pajak yang selama ini lebih banyak
"beredar" di "pasar gelap pajak" sebagaimana ditunjukkan dalam kasus
Gayus Tambunan. Bisa dengan mengintensifkan pencegahan tindak korupsi
sehingga dana APBN yang banyak bocor bisa diarahkan ke pos-pos yang
produktif. Cara lainnya adalah meningkatkan produksi BBM sehingga
penerimaan pajak BBM meningkat. Dan tentu saja adalah pengelolaan APBN
yang efektif dan efisien.
Ada 1.000 cara
lebih bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi tekanan APBN akibat
kenaikan harga minyak dunia tanpa harus menaikkan harga BBM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar