Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita dengar atau bahkan kita saksikan
adanya kemampuan luar biasa yang terdapat pada seseorang. Fenomena ini
sering membingungkan bagaimana menyikapinya, khususnya jika hal
tersebut dikaitkan dengan masalah agama. Akibatnya, tidak sedikit
masyarakat yang terkecoh.
Untuk memahami masalah ini
dengan baik, penting bagi kita untuk memahami satu permasalahan dalam
hal ini, yaitu: Karomah. Sebagian masyarakat sering menyebutnya dengan
istilah “Keramat”.
Pemahaman Karomah
Karomah adalah: Kejadian luar biasa yang Allah tampakkan kepada para wali-Nya selain para nabi.
Meskipun
sama-sama kejadian luar biasa, namun karomah bukan mu’jizat. Sebab
mu’jizat hanya terjadi pada Nabi dan Rasul, sedangkan karomah hanya
terjadi pada orang saleh yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu
tingkat karomah tidak sama dengan mu’jizat.
Apakah Karomah itu ada?
Ada sebagian orang yang menolak adanya karomah dalam kehidupan ini, karena menurutnya tidak dapat diterima akal.
Keyakinan
orang muslim hendaknya merujuk kepada ajaran Islam yang dijelaskan
dalam al-Quran dan Hadits atau yang disimpulkan oleh para ulama
salafush-shaleh.
Kenyataannya, kejadian luar biasa yang
terdapat pada seseorang yang bukan Nabi disebutkan dalam Al-Quran dan
Hadits Rasulullah saw serta dikuatkan oleh realita yang ada berdasarkan
riwayat orang-orang yang terpercaya.
Beberapa Contoh Karomah
Dalam al-Quran (QS. Ali Imran: 37),
kita dapatkan kisah Maryam yang selalu hadir di hadapannya buah-buahan
segar yang bukan pada musimnya, atau juga kisah pengikut Nabi Sulaiman
u yang mampu memindahkan singgasana Ratu Saba’ dalam sekejap mata (QS. An-Naml: 40).
Dalam
hadits, kita juga mendapatkan riwayat shahih dari Rasulullah saw yang
mengabarkan beberapa kejadian luar biasa yang dialami seseorang yang
bukan Nabi.
Di antaranya, kisah tiga orang yang terkurung
batu besar di dalam goa. Secara akal, kekuatan mereka tidak mampu
menggeser batu tersebut. Namun setelah mereka masing-masing berdoa
kepada Allah, maka batu tersebut sedikit demi sedikit bergeser sehingga
mereka dapat keluar dari goa tersebut (Muttafaq alaih).
Demikian
juga tentang kisah Juraij, seorang ahli ibadah yang dituduh berzina
dengan seorang pelacur. Namun akhirnya dia bebas dari tuduhan itu
setelah mohon kepada Allah, sehingga bayi pelacur terse-but dapat
berbicara dan menyatakan bahwa ayahnya bukanlah Juraij (HR. Muslim).
Kemudian pada zaman Rasulullah saw, Allah memberikan karomah kepada beberapa orang shahabatnya.
Di
antaranya adalah apa yang dialami oleh ‘Usaid bin Hudhair dan Abbad bin
Bisyr, ketika keduanya kembali setelah menemui Rasulullah saw, mereka
melewati jalan yang sangat gelap, namun mereka diterangi oleh cahaya
yang terdapat pada tongkatnya hingga mereka tiba di rumah masing-masing
(HR Bukhari).
Dari
kalangan tabi’in, diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah
(terpercaya) bahwa Abu Muslim Al-Khaulani dapat berjalan di atas air,
dan jika dia minta hujan, maka hujan diturunkan [1])
Maka berdasarkan hal-hal di atas, Ahlussunnah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa karomah dapat terjadi pada orang-orang yang saleh dan bertakwa.
Apakah Setiap Kejadian Luar Biasa Dianggap Karomah?
Walaupun kita berkeyakinan bahwa karomah itu ada, namun yang harus kita pahami dengan baik adalah bahwa tidak semua kejadian luar biasa dapat dianggap karomah. Karena
hal tersebut dapat juga terjadi sebagai tipu daya setan untuk
menyesatkan manusia. Hal ini penting diketahui, karena banyak kaum
muslimin yang terpedaya ketika melihat kejadian luar biasa pada
orang-orang yang ingin menyesatkan manusia.
Perlu
diketahui, bahwa kejadian luar biasa dapat juga bersumber dari
perbuatan jin atau setan, baik terjadi pada orang kafir, atau pada
orang yang telah menjadi budak setan dengan menggadaikan agamanya
kepada setan dan mempersembahkan apa saja yang diminta setan untuk
mendapatkan imbalan berupa kemampuan luar biasa. Atau bahkan dapat
terjadi juga pada ahli ibadah sebagai tipu daya setan untuk
menggelincirkannya dari jalan yang benar.
Hal tersebut bukan
perkara mustahil, sebab Allah telah memberikan kemampuan terhadap jin
atau setan di luar kemampuan manusia, seperti gerak yang cepat, tidak
dapat dilihat manusia, berubah bentuk, dapat merasuk ke dalam tubuh
manusia dll. Hal itu dapat mereka perlihatkan di hadapan manusia
sebagai pemandangan luar biasa dan tentu saja sebagai upaya mereka yang
tanpa henti untuk menyesatkan manusia.
Sikap Jika Melihat Atau Mendengar Sesuatu Yang Luar Biasa?
Ketika
kita melihat kejadian luar biasa pada diri seseorang atau mendengar
berita tentang hal tersebut, maka hendaklah kita tidak tergesa-gesa
memutuskannya sebagai karomah sebelum menilai beberapa hal:
1.
Dari sisi subyeknya. Yaitu orang yang mengalami kejadian luar biasa
tersebut adalah orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada
Allah Ta’ala.
2. Kejadian luar biasa itu sendiri bukan
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah Ta’ala atau menjadi sebab
dilanggarnya ajaran Allah Ta’ala.
3. Dari sisi pembawa
berita, jika hal tersebut berupa berita. Yang menyampai-kan berita
haruslah dikenal sebagai orang yang bertakwa dan telah teruji
kejujuran-nya dalam ucapan dan perbuatan (tsiqah).
Jika
ketiga hal tersebut menyertai kejadian luar biasa pada seseorang, maka
layak disebut karomah. Namun jika tidak ada salah satunya apalagi
ketiga-tiganya, maka kejadian tersebut tidak boleh dikatakan karomah.
Misal
dari point no. 1, jika pelakunya seorang kafir, atau seorang muslim
namun suka melakukan syirik, bid’ah dan kemaksiatan atau orang yang
suka meninggalkan perintah Allah dan melakukan larangan-Nya.
Kejadian
luar biasa pada orang semacam ini bukanlah karomah. Tetapi dia
merupakan perbuatan setan untuk menyesatkan hamba Allah Ta’ala. Dalam
hal ini, hendaklah kita tidak terpaku pada simbol, atribut, julukan
atau pengakuan-pengakuan yang dilontarkan.
Misal dari
point no. 2, jika ternyata kejadian luar biasa tersebut merupakan
sesuatu yang bertentangan dengan syari’at, seperti seseorang yang
mengaku dapat melihat Allah Ta’ala, atau bermimpi bertemu malaikat dan
menyatakan bahwa dirinya adalah nabi baru atau dirinya terbebas dari
ketentuan syariat.
Demikian juga jika kejadian tersebut
didapatkan dengan cara-cara yang diharamkan, seperti melakukan
kesyirikan, menyembelih hewan tertentu untuk selain Allah, melakukan
perkara bid’ah seperti membaca zikir atau wirid yang tidak diajarkan
Rasulullah saw, dll.
Dikisahkan bahwa Abdul Qadir
Al-Kailani suatu saat sangat kehausan. Tiba-tiba datang awan kepadanya
dan menurunkan hujan gerimis, sehingga dia dapat minum dan hilang
dahaganya, lalu dibalik awan itu muncul seruan:
“Wahai fulan, aku adalah Tuhanmu, dan Aku telah menghalalkan bagimu segala sesuatu yang diharamkan.”
Maka dia segera berucap:
“Enyahlah engkau wahai laknat!”, kemudian dengan serta merta awan itu sirna.
Ketika ditanya kepadanya dari mana dia tahu bahwa itu adalah Iblis?!, beliau menjawab: “Dari ucapannya: Telah aku halalkan apa yang diharamkan” [2])
Di
tengah masyarakat banyak yang tergelincir dari sisi ini. Khususnya jika
kejadian tersebut diselubungi dengan simbol dan atribut agama. Sehingga
banyak di antara mereka yang menjadi pengikut ajaran sesat karena orang
yang mereka ikuti dianggap memiliki karomah.
Faktor lain (point no. 3) yaitu masalah siapa yang menyampaikan khabar tersebut, jika hal itu bersifat berita.
Banyak
terjadi informasi tentang karomah pada orang tertentu hanya bersifat
cerita dari mulut ke mulut yang sulit dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Meskipun cerita tersebut terkait dengan
orang yang dikenal keimanan dan ketakwaannya, dan kejadiannya tidak
bertentangan dengan syariat, namun jika sumber cerita tersebut tidak
berasal dari orang yang beriman, atau orang beriman namun tidak
dikenal kejujuran dan ketaqwaannya, maka hendaklah kita tidak
tergesa-gesa mengatakannya sebagai karomah.
Dapat saja
hal itu bersumber dari orang-orang yang memujanya secara
berlebih-lebihan, atau dari orang yang ingin mengalihkan perhatian
masyarakat dari perkara yang lebih penting, atau tujuan lainnya.
Jika
diamati, sebagian besar cerita tentang karomah umumnya sulit dicari
rujukannya, dan biasanya hanya bersumber dari “Katanya.…”
Bahkan
yang sudah tercatat dalam kitab sekalipun dan diketahui dari mana
sumber cerita tersebut, ternyata setelah diteliti ulang dari sisi bobot
yang menyampaikannya, diketahui kemudian bahwa ternyata banyak riwayat
yang lemah.
Firman Allah Ta’ala:
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS. Al-Hujurat: 6)
Kesimpulan:
Karomah
terjadi semata-mata karena pemberian Allah Ta’ala berkat keimanan dan
ketakwaan seseorang dan bukan sesuatu yang terjadi karena direncanakan
orang tersebut. Tidak ada ibadah atau wirid khusus untuk
mendapatkannya, apalagi jika mengharuskan syarat-syarat tertentu,
seperti menyembelih hewan, mendatangi ‘makam keramat’, membaca zikir
yang tidak diajarkan Rasulullah saw atau cara-cara lainnya. Setiap
karomah itu luar biasa, tapi tidak setiap yang luar biasa disebut
karomah. Adanya karomah menunjukkan kewalian seseorang, tapi tidak
setiap wali harus memiliki karomah.... Wallahua'lam
Semoga Allah Ta’ala selamatkan aqidah dan iman kita dari segala kesesatan. Amin.
[1]. Lihat: Karomatu Auliya’illah Ta’ala: Al-Laalikaa’i, hal. 208-209.
[2]. Lihat: Karomatu Auliya’illah Ta’ala, al-Laalikaa’i.
Halaman
Ngetop Abizzz...
-
KulTwit @anismatta Ust. M. Anis Matta, Lc. Sekretaris Jendral DPP PKS Wakil Ketua DPR RI da...
-
Calon Gubernur DKI Jakarta, Hidayat Nur Wahid, berdiri di depan rumahnya yang kebanjiran di kawasan Kemang Selatan IV, Selasa (3/...
-
[Koran-Digital] Oleh Didik J Rachbini Ekonom Demokrasi pasar loak tidak akan menghasilkan produktivitas dalam kebijakan dan pemb...
-
PKS Tambakrejo - Setelah resmi mengumumkan penghapusan tanda salib pada logo klub bagian atas, Real Madrid mendapat keuntungan bes...
-
PKS Tambakrejo [AMBON] Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya memenangkan Pemilhan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Mal...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar