Surabaya,
Kenaikan BBM dikhawatirkan berdampak pada menurunnya daya beli
masyarakat dan menimbulkan masyarakat miskin baru. Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) siap melawan, termasuk interpelasi, jika pemerintah
tidak memberikan formula yang tepat untuk menanggulangi dampak kenaikan
BBM.
Hal
itu ditegaskan oleh Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq kepada wartawan di
sela acara Rakornas PKS Wilda Jatijaya-Bali-Nusra, di Surabaya, Jumat
(9/3/2012).
"Jika terjadi gejolak sosial, reaksi masyarakat
negatif dan masyarakat tidak mendapatkan kompensasi, kami akan
melakukan langkah penolakan," kata Luthfi.
Ia menegaskan,
beragam cara akan dilakukan, agar kenaikan BBM tersebut tidak
memberatkan masyarakat dan berdampak pada menurunnya daya beli serta
menimbulkan masyarakat miskin baru.
"Beragam cara bisa kita lakukan. Konsen kami adalah rakyat dan jangan sampai menimbulkan gejolak," tuturnya.
Luthfi
menerangkan, kenaikan BBM dipengaruhi harga minyak internasional,
melebihi prediksi APBN. Namun, kenaikan BBM di dalam negeri, juga bisa
mempengaruhi terhadap kenaikan produk lainnya seperti tarif dasar
listrik (TDL).
Menurutnya, kondisi tersebut sangat berbahaya dan
berdampak pada masyarakat langsung, jika tidak ada formula
penanggulangan dampak kenaikan BBM maupun TDL.
"Eropa juga mengalami krisis. Ekspor ke Eropa akan menurun dan bisa menimbulkan pengangguran. Ini bisa menganggu," tuturnya.
Ia
berharap, pemerintah tidak asal menaikan BBM maupun TDL, tapi perlu
pemikiran dan solusi untuk menanggulangi dampak kenaikan BBM.
"Indikator
kami bukan angka, tapi reaksi masyarakat. Menteri terkait sebelum
menaikkan, harus membuat formula untuk mengatasi dampak kenaikannya,"
ujarnya.
"Jika formula untuk mengatasi dampak kenaikan ini bisa
diterima PKS, maka kenaikan BBM bisa dipahami. Kalau tidak ada formula
yang jelas, kami menolaknya," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar