-Apa dilemanya dan siapa yang dilematis?-
Dilema itu adalah
situasi yang sulit dan membingungkan. Maka harus ada jawaban dari
pertanyaan, Dilema dalam memilih apa dengan apa? Apa yang dibingungkan
siapa? Siapa yang bingung? Siapa yang dalam kondisi sulit memilih?
Siapa yang sedang sulit memilih apa dengan apa?
Pendahuluan.
Ada satu buku yang
cukup cepat mengambil perhatian publik sesaat setelah buku itu beredar.
Dilema PKS karya Burhanuddin Muhtadi (BM). Diterbitkan oleh KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia). Buku ini menambah kekayaan tema PKS.
Tema PKS memang cukup mengundang public untuk membacanya, kendati,
sejatinya, sudah banyak buku tentang PKS baik yang ditulis oleh orang
PKS maupun pihak luar PKS.
Buku ini adalah
buku hasil olahan tesis penulisnya di Australian National University
(ANU). BM mencoba mencoba menganalisis upaya PKS dengan teori politik
yang beliau kuasai. Dalam kajian ilmu politik, sulit memadukan Islam
dan demokrasi dan Gerakan Sosial dan Gerakan Politik dalam satu
lembaga. Maka, secara teoritis, PKS akan sulit melakukan semuanya itu.
Bagi BM, PKS sedang dalam dilema untuk memilih, apakah PKS akan
memuaskan Islam atau menguatkan demokrasi?
Bagi kader PKS,
tema ini mungkin sudah selesai. Bagi penggemar PKS, buku ini bercerita
agak banyak. Bagi pembenci PKS, buku ini bisa menjelaskan
ketidaksukaan. Tapi siapapun anda, jika anda ingin melihat bagaimana
seorang ahli ilmu politik melihat upaya yang sedang dilakukan PKS, maka
buku ini layak dipertimbangkan untuk dibaca. Setidaknya buku ini
empirik, ramah dan tidak membabibuta dalam menuduh PKS.
Alhamdulillah, saya
sudah membaca buku itu. Saya ingin berbagi hasil bacaan saya. Saya
tulis hasil bacaan saya dan saya berharap ini berguna bagi anda.
Buku Tentang Apa?
Buku ini memang
khusus tentang PKS. Buku ini tentang dilema PKS. Dilema itu apa? Secara
bahasa, dilema adalah situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan
pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau
tidak menguntungkan. Dilema itu adalah situasi yang sulit dan
membingungkan.
Buku ini tentang
dilema PKS ; apakah PKS akan menjadi catch all party seperti AKP
(Adelat ve Kalkinma Partisi) di Turki atau menjadi partai kader yang
menjadi representasi basis sosial pendukung awal seperti PAS di
Malaysia.
Tema Partai Islam
memang hampir selalu menarik. Tapi mengapa tema ini menarik? Pasti ada
banyak tedensi di balik banyaknya penelitian terhadap PKS dan Partai
Islam. Tapi setidaknya ada 2 pertanyaan penting di
penelitian-penelitian itu ;
- Seberapa serius ancaman Islam terhadap tatanan sosial politik di tingkat domestik dan internasional?
- Apakah islamisme bisa menjadi potensi yang memperkuat reformasi sosial dan demokrasi di dunia muslim?
Jadi? Memang ada 2
diskursus tentang upaya partai islam. Pertama, islamisme sebagai
ancaman. Kedua, islamisme sebagai penguat reformasi.
Lalu mengapa PKS
menarik untuk diteliti? Kata Anis Matta, banyaknya penelitian tentang
PKS membuat paduan antara rasa heran dan rasa bangga. Ya, mengapa PKS
banyak diteliti? Menurut prof. Greg Feady, itu karena PKS adalah partai
kedua tersukses di dunia setelah AKP di Turki. PKS mewakili kisah
sukses Partai Islam dan itu menarik untuk diteliti dengan motif apapun.
Tema tentang PKS memang tema yang seksi. Banyak yang ingin tahu. Banyak
yang ingin meneliti. Sedikit tulisan yang menyingkap bagian-bagian yang
agak dalam saja, pasti sudah menarik perhatian public. Maka tulisan
yang menceritakan dilema menjadi catch all party atau menjadi partai
kader yang menjadi representasi basis sosial pendukung pasti cukup
menarik perhatian publik untuk membaca buku ini.
Tetapi, menurut
internal PKS, apakah dilema itu ada?. Apakah memang ada dilema semacam
itu dalam tubuh PKS? Setidaknya Anis Matta membenarkan adanya
resistensi internal itu, ada resistensi internal untuk menjadikan PKS
terbuka.
Buku ini menyajikan
data empirik kisah sukses PKS. Buku ini bercerita tentang sejarah PKS,
transformasi PKS, aksi-aksinya, iklan-iklannya, perolehan suaranya, dan
dilemanya di masa depan. Buku ini menjawab pertanyaan mengapa PKS
sukses. Buku ini menyajikan data mengapa PKS menang. Dan buku ini
kemudian menjelaskan dilema PKS di masa depan, isu negatif, perpecahan,
dan komentar-komentar kekecewaan terhadap PKS.
Jadi, buku ini menceritakan tentang kisah sukses PKS di masa lalu dan tentang adanya dilema PKS di masa depan.
Bagaimana BM memotret Dilema PKS?
Di buku ini, BM
meletakkan bab Dilema PKS di bab 7 dari 8 bab yang ada. Bab Dilema PKS
memang diletakkan sebagai puncak bahasan, sebelum simpulan penulis.
Awalnya, BM
meyakinkan bahwa agama adalah faktor penting yang memengaruhi pilihan
politik lebih dari variable bahasa dan kelas social. Lalu BM banyak
menulis tema politik aliran, Pemilu 1955, Qua Vadis Politik Aliran, dan
kemudian BM memotret perolehan suara PKS dengan mengutip hasil LSI
(lembaga Survei Indonesia).
Menurut BM, PKS
sedang belajar merangkul pemilih baru. Ini berarti merambah konstituen
baru. Dengannya, PKS harus tidak hanya mengandalkan retorika yang
menguatkan sentimen keagamaan, tetapi harus menawarkan program terukur.
Menurut BM, ini ujian bagi PKS. Sebab, menurutnya, PKS –sebagaimana
Partai Islam lainnya- dicitrakan kalah dalam mengusung program terukur
untuk kepentingan rakyat.
BM menyakini bahwa
kasus dan isu negatif yang terjadi yang melibatkan internal PKS dan
tokoh PKS tidak bisa dilepaskan dari tarik menarik yang terjadi. Dilema
PKS itu diyakini BM sebagai dilema menjadi partai ideologis atau
menjadi partai elektoralis. Jika menjadi partai ideologis, perilaku
politik PKS harus dilandaskan pada upaya untuk menyerap kepentingan
basis sosial partai yang merupakan aktivis halaqoh, harakah, muda,
terdidik, bagian dari masyarakat kota, tetapi memiliki pandangan
konservatif dalam beragama. Sedangkan jika menjadi partai elektoralis,
PKS harus menjadikan ceruk pasar pemilih sebagai motivasi utama dan
kadang harus menomorduakan kepentingan basis sosial PKS. Dan, menurut
BM, kedua pilihan ini sulit untuk dikompromikan. Di buku ini BM
menceritakan dominasi kelompok progresif dengan dinamika Mukernas Bali
(Februari 2008), jargon partai terbuka, bayan DPP PKS, Multaqo Fikri,
iklan Guru Bangsa, penolakan Fajroel Rahman, jingle iklan ; Partai Kita
Semua, kasus Yusuf Supendi, ‘daging berjenggot’, Hotel Ritz Carlton,
dan beberapa kasus lainnya. Bagi BM, tahun 2008-2009 adalah tahun
eksperimen menjadi partai terbuka dan menempuh strategi kompetisi
electoral.
Bagaimana BM Menyimpulkan?
Bagi BM, PKS
tampaknya tidak akan jera untuk memantapkan langkah dalam memperbesar
ceruk pasar pemilih dengan mengubah orientasi partai ke tengah dan
terbuka. Hasil Pemilu 2009, yang hasilnya belum optimal, diyakini BM
tak akan membuat jera PKS. Artinya, di masa depan PKS akan menggunakan
strategi kompetisi electoral yang sesuai dengan pasar pemilih.
BM melihat ada 3
tantangan dalam upaya PKS ini. Pertama, PKS ditantang untuk dapat
meyakinkan basis massa tradisionalnya bahwa upaya ini tidak mengubah
komitmen keislaman PKS. Bagi BM, ini menuntut sikap extra hati-hati
agar tidak kehilangan dukungan dari basis massanya. Kedua, PKS
menghadapai tantangan untuk meyakinkan pasar pemilih nasionalis dan non
muslim bahwa komitmen PKS ini bukan sekadar retorika dan hiasan bibir
semata. Ini –menurut BM- tidak lepas dari citra PKS sebagai partai
Islam konservatif yang masih melekat di kalangan pemilih nasionalis dan
non muslim. Ketiga, PKS menghadapi tantangan soal kredibilitas terutama
soal isu anti korupsi dan program kerakyatan. Ketiga tantangan itu
harus dihadapi PKS di masa-masa ini.
Penutup.
Meski BM menulis
bahwa apa yang sedang terjadi adalah dilema bagi PKS. Tapi BM juga
menyimpulkan bahwa PKS memang akan melangkah dengan
keputusan-keputusannya. Ada konteks internasional yang bertemu dengan
kondisi politik domestik yang membuat langkah PKS mantap untuk
memperbesar partai.
Jadi? Apakah PKS
dilematis? Menurut saya PKS tidak dilematis. BM juga meyakini bahwa PKS
akan memantapkan langkah dalam memperbesar ceruk pasar pemilih. PKS
diyakini akan menguatkan langkah untuk memperbesar pemilih. Ini lebih
merupakan tantangan, seperti yang diungkap Anis Matta di pengantar buku.
Di saat-saat akhir
membaca buku ini, saya bertanya, ‘Jika memang disebut dilema, kapan PKS
dilanda dilema atau kegalauan itu? Tahun 1999, PKS sukses dengan
situasinya saat itu. Tahun 2004, PKS sukses lagi. Tahun 2009, PKS
sukses lagi meski tak sebesar sebelumnya. Kata Anis Matta ini soal
kapasitas. Dan apakah PKS akan sukses lagi di 2014? Bisa iya dan bisa
tidak. Tetapi, apapun jawabannya, PKS tidak sedang mengalami dilema.
Sukses lagi atau tidak, bukan urusan dilema atau tidak bagi PKS.
Anis Matta punya 2
pertanyaan, pertama, Apa yang menyebabkan PKS sukses? Dan kedua, Apakah
PKS bisa sukses lagi di masa depan?. Buku ini menjawab pertanyaan
pertama. Dan bagi Anis Matta, pertanyaan kedua lebih merupakan
tantangan masa depan.
Selamat membaca
buku ini kepada anda yang ingin menikmati tulisan seorang ahli tentang
PKS. Buku yang bagus, menyajikan banyak data dan buku dengan judul yang
menarik. Terima kasih, mas Burhan. Selamat dan sukses.
Terima kasih.
Eko Novianto
Buku-buku yang telah beliau terbitkan :
1. Sudahkah kita tarbiyah
2. Tarbiyah Iqtishadiyah
3. Engkaulah Matahariku
4. Dakwah Dan Manajemen Isu
Islamedia -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar