Ngetop Abizzz...

Jumat, 06 April 2012

Ustadz Mohamad Ridwan: Ujian Dakwah Merupakan Sunnah Dari Dakwah Itu Sendiri






Islamedia -  Beberapa hadits Rasulullah menyitir tentang zaman yang tidak dalam kondisi ideal. Suatu kali Rasulullah bercerita tentang kondisi umat Islam yang laksana buih di lautan. Banyak jumlahnya, namun terapung-apung tanpa bobot. Kali lain Rasulullah mengisahkan tentang zaman di mana kemunkaran dipandang baik dan dianjurkan, sementara kebaikan dipandang buruk dan dilarang sehingga orang bijak di antara penghuni zaman itu menjadi kebingungan.
Memang, dalam sejarah, umat Islam hanya mencatat beberapa tahun hidup dalam kondisi yang ideal. Yaitu periode Rasulullah hidup, masa kepemimpinan Abu Bakar r.a., dan masa kepemimpinan Umar r.a. Setelahnya, pintu fitnah terbuka. Banyak terjadi “ujian-ujian sosial politik” yang melanda intern umat Islam.
Apalagi bila bicara zaman sekarang, di mana kemunkaran dipromosikan bebas di media massa. Gerakan dakwah yang menyeru pada kebaikan pun tak luput dilanda serangan oleh anasir-anasir jahat yang tak ingin cahaya Islam berpendar di zaman ini.
Maka bagaimana bertahan dalam kondisi yang serba tidak ideal seperti sekarang? Islamedia berkesempatan curhat berkonsultasi atas masalah-masalah dakwah di zaman yang tidak ideal ini dengan ustadz Muhammad Ridwan, seorang da’i aktivis Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi).
Beliau menjawab dengan telaten sekalipun di sela wawancara beliau mengalami musibah, orang tua yang ia sayangi meninggal dunia. Namun dari kejadian itu rupanya Allah memberi kesempatan ustadz Ridwan untuk memperlihatkan jawaban wawancara yang bertema “Tegar Di Jalan Dakwah Di Zaman Penuh Fitnah” dalam bentuk tindakan. Saat seorang da’i mengalami musibah, tak ada alasan untuk jatuh larut berduka. “Tugas dakwah menanti tak boleh larut dalam sedih.” Ujarnya. “Ana berharap agar senyum ayah jadi pertanda baik.” Allahumma Amiin.
Berikut ini curhat tim Islamedia.

Ustadz, Rasulullah pernah meramalkan kondisi suatu zaman di mana umat Islam menjadi buih. Di hadits lain, dikatakan orang bijak menjadi kebingungan. Atau hadits lain, Islam menjadi asing. Apakah di zaman ini sudah menyerupai dengan beberapa ramalan Rasulullah tentang zaman yang penuh fitnah?
Naam. Saat ini kita melihat realitas Muslim KTP (Islam cuma formalitas). Banyak orang islam al-jahl bil Islam (gak ngerti Islam) banyak orang Islam jutru seperti orang kafir perangai dan gaya hidupnya. Ini pembuktian dari hadits tersebut. Pengajian-pengajian yang mengajak kabaikan sepi dari pendukung sementara ajakan kabathilan dan halaqoh-halaqoh ilannar (pertemuan-pertemuan yang menyeret ke nereka – Red) lebih digemari oleh sebagian besar ummat islam.
Pemuda dan pemudi Islam saat ini lbih mengidolakan orang kafir dari pada mengikuti dan mengidolakan Rasulullah atau orang-orang soleh saat ini. Terbukti dari hobby, cara bergaul, dan berpakaian serta berbudayanya pemudi pemuda Islam kita.
Apa urgensi dakwah di zaman seperti ini, dan peran seperti apa yang dimainkan oleh dakwah untuk zaman seperti ini?
Dakwah disetiap zaman menjadi hajatul basyariyah (kebutuhan manusia). Dan peran dakwah itu sangat dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan qodhoya (masalah) yang dihadapi oleh umat ini baik masalah aqidah ,ibadah akhlaq ,muamalah, danseluruhnya.
Jika dakwah islam gencar dilakukan dengan cara-cara yang profesional (lebih teroranganisir) maka berbgai permasalahn ummat di era saat ini dapat ditanggulangi mengingat tantangan dakwah. Dan masalah umat saat ini lebih modern. Kebatilan saat ini lebih teroranganisir mengancam dan merusak ummat dengan cara-cara yang lebih canggih.

Salah satu ciri fitnah itu seperti yang ustadz bilang, kebathilan yang offensif menyerang dakwah. Apa hikmah adanya tribulasi dalam dakwah, padahal dakwah itu di jalan yang benar?
Makna surat Ash-shoff ayat 8 diantaranya bahwa orang-orang kafir berusaha memadamkan cahaya agama Alloh dengan strategi mereka, mulut mereka. Tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya dengan hadirnya para dai pembela agama Alloh meski orang kafir membenci. Lalu di ayat selanjutnya Allah gambarkan adanya Rasul (juru dakwah) yang siap memenangkan agama Allah dengan dakwahnya yang professional bermodal yakin, semangat, kerja keras, sabar, dan siap berkorban
Jadi ujian dakwah itu merupakan sunnah dari dakwah itu sendiri. Semakin ada ujian maka seorang dai akan semakin qowi(kuat) seperti air yang mengalir, bila dibendung dia akan mencari celah utk tetap mengalir, bahkan ketika jumlah air makin banyak akan dapat menghancurkan bendungan tersebut.
Apa saja yang potensial menjadi penghambat dalam dakwah?
Yang jadi potensi penghambat dakwah di antaranya banyak mukmin yang tidak menyadari bahwa tugas dakwah itu adalah tugas kita semua, banyak yang beranggapan bahwa dakwah itu domainnya para asatidz. Padahal dakwah itu bisa dilakukan oleh setiap orang yang menyadari masalah umat ini dapat diselesaikan dengan amal jamai dan dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Mukmin yang pedagang bisa berdakwah kepada para pedagang, yang di kantor bisa berdakwah dengan teman sekantor sesuai dengan kemampuan masing-masing menyelesaikan masalah umat.
Padahal di dalam Al-Quran surat Al-‘Ashr jelas bahwa syarat agar kita menjadi manusia yang tidak merugi kita harus jadi orang beriman, beramal sholeh, dan berdakwah .
Sebab lain yang menghambat kemenagan dakwah adalah adanya para ustadz yang disorientasi berdakwah mengharapkan imbalan, berdakwah jika dipinta, bukan menyesaikan masalah ummat malah menjadi masalah bagi umat. Padahal setiap dai Alloh beri kemulian dengan pahala yang sangat besar (MLP : multilevel pahala). Dan disebut dalam Al-Qur’an sebagai khoiru ummah.
Ustadz, tidak jarang di antara pergerakan Islam saat ini terjadi benturan, baik perdebatan kecil antara pendukungnya, atau perbedaan gerak yang sudah dianggap hal yang prinsip. Bagaimana menyikapinya?
Sebenarnya perbedaan itu sunnatulloh cuma kadang kala di lapangan tidak sedikit saudara kita yang menyikapi perbedaan dengan cara yang tidak profesional. Isyarat Alloh dalam Al-Qur’an "wajadilhum billati hiya ahsan" menggambarkan adanya perbedaan namun harus disikapi dengan ahsan (cara yang profesional), tidak saling mngejek atau mendiskreditkan. Jangan liat perbedaannya karena akan menyebabkan kita terus sibuk mngurusi perbedaan yang tak pernah akan ada titik temu. Namun kalau saling melihat persamaan maka persamaan itulah yang akan membuat kita bisa saling mencintai dan bersaudara..
Dan sikap kita ketika melihat ada perseteruan antara para aktifis yang berbeda pemahaman adalah dengan mengikuti arahan Allah dalam surat 49 : 10 agar semua kita dapat berksih saying.
Jika setiap aktifis dakwah saling berkasih sayang, maka setiap ada qodoyah (masalah) ummah dapat dipecahkan bersama-Sama. InsyaAllah
Kerjasama atau amal jama’i antara aktifisnya digambarkan Rasululloh dalam sabdanya: “Al-mu'minu lil-mu'mini kal-bunyan yasuddu ba'dohu ba'don”. Mukmin satu dengan yang lain seperti bangunan saling mengutkan
Terkadang ada keputusan dari pemimpin/qiyadah dalam dakwah - yang keputusan itu lahir dari syuro - yang terasa mengganjal atau bahkan mendapat pertentangan di hati para jundi atau pelaksana di lapangan. Lalu timbullah keragu-raguan. Dan ini sering terjadi di zaman penuh fitnah ini. Bagaimana menyikapi hal ini dengan elegan, ustadz?
Qiyadah dakwah itu kan artinya pimpinan kita dalam urusan dakwah, diantara ciri mendasar qiyadah adalah zaiimul ilmi (memiliki ilmu yang mumpuni) Dan syuro itu dibuat dan diputuskan berdasarkan fiqhul waqi (fiqih realitas), yang dipadu dengan ilmu ilmu agama yang menjadi dasar untuk memutuskan berbagai muskilah (permasalahan) dan hampir rata-rata pertimbangan pemutusan masalah selalu mengacu pada fiqih maslahat (yang lebih masahat buat umat). Nah oleh karena itu kita sebagai kader harus sami’na wa atho’na.

Kader dakwah juga acap menemui hasil yang tidak diharapkan. Setelah bermujahadah, bukan kemenangan dakwah tapi malah kekalahan yang didapat. Bagaimana penyikapan yang terbaik, ustadz?
Tujuan utama dari dakwah adalah agar kita memiliki hujjah (alasan) di hadapan Allah bahwa kita sudah melaksanakan kewajiban berdakwah. Adapun masalah hasil menjadi haq Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Nabi Nuh misalkan, beliau berdakwah hingga 950 tahun namun kader yang dihasilkan dari dakwah beliau tidak sampai 100 orang. Namun beliau tetap berdakwah dengan semangat. Target pemenangan itu penting, kerja dakwah yang sungguh-sungguh juga penting. Namun masalah hasil serahkan kepada Allah swt.

Rasulullah pernah menyitir kondisi muslim yang menjadi ghuroba. Apakah cirinya pada zaman sekarang?
Ciri ghuraba saat ini adalah bahwa kalau untuk kemaksiyatan gak perlu diajak. Banyak orang yang senang hati mengikuti kemaksiyatan, bahkan membelanya. Tapi kalau untuk kebaikan kita harus bersusah payah menawarkan dan mensosialisasikannya karena sedikit sekali orang yang sadar dan siap menjdi pendukung kebenaran itu sendiri.
Kebenaran terasa asing sedangkan kebatilan begitu populer dan menjadi trend.
Adakah pembenaran buat seorang muslim untuk ‘uzlah, menghindari dunia yang abu-abu bahkan menghindari pergerakan Islam yang ada karena tak mau terjebak dalam firqoh-firqoh?
Rasulullah saw bersabda: “Ad-dunya mazra’atul akhiroh”. Maksudnya di dunia ini adalah lahan tempat kita berjuang. Jika kita ‘uzlah, berarti kita lari dari tanggung jawab perjuangan. Dalam kondisi apapun jalan terbaik bagi seorang da’I adalah berdakwah bukan ber-’uzlah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 41 yang artinya: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Apa tips ustadz bertahan dalam jalan dakwah di zaman yang penuh fitnah, khususnya menghadapi berbagai rintangan yang ada di zaman sekarang?
Tips bertahan dalam dakwah adalah:
1. Niatkan dengan tulus bahwaa dakwah yang kita lakukan semata-mata karena Allah bukan karena siapapun (Al-Ikhlas)
2. Berkumpul bersama orang-orang yang tsabat (kokoh pendiriannya), Istiqomah, tidak mencla-mencle.
3. Mempelajari kisah perjuangan dakwah dimasa lampau yang mana mereka mendapat tantangan dakwah yang lebih berat dari kita, terancam nyawa, bahkan ada yang digergaji dengan sisir yang terbuat dari besi, namun mereka tetap istiqomah dalam dakwah.

4. Yakin akan Pahala yang besar yang dijanjikan Allah terhadap orang yang istiqomah dalam dakwah. WallAhu alam bishowab
Data Diri:
Nama : Mohamad Ridwan. 
Tanggal lahir : Jakarta 8 Maret 1973.
Alamat:  Jl Menteng Wadas Selatan Kelurahan Pasar Manggis Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan
Pendidikan : STAI Al-Aqidah .  
Oranganisasi : Bidang Dakwah PD IKADI Jak-sel.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar