Ngetop Abizzz...

Jumat, 13 April 2012

Din Syamsudin - PKS Adalah Kelanjutan Dari Spirit Masyumi

PKS Ditantang untuk Lebih Membuka Diri


Jakarta, Kompas 12 April 2012 - Partai Keadilan Sejahtera dinilai berhasil mengawinkan aspirasi politik Islam dan demokrasi. Namun, partai ini terus ditantang untuk lebih membuka diri pada perubahan, sekaligus tetap mempertahankan basis pendukungnya. 


Hal itu disampaikan pengajar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Burhanuddin Muhtadi, dalam diskusi buku ”Dilema PKS: Suara dan Syariah” di Jakarta, Selasa (10/4). Buku itu karya Burhanuddin. Narasumber adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan pengamat politik Fachry Ali.

Menurut Burhanuddin, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang dahulu bernama Partai Keadilan (PK), merupakan pengembangan dari gerakan Islam yang tumbuh di kampus. Penggiatnya berasal dari kaum muda, tinggal di perkotaan, berpendidikan, dan punya pandangan keagamaan yang konservatif. Dalam perkembangannya, partai ideologis itu makin membuka diri untuk merangkul segmen masyarakat lebih luas.


”Dahulu partai Islam dicitrakan antidemokrasi karena cenderung teokratik (paham negara berdasar agama). Namun, ketika masuk dalam sistem demokrasi, PKS kemudian menjadi semakin moderat. Partai ini mampu mengawinkan Islam dan demokrasi,” katanya.


Saat ini, lanjutnya, PKS masih mengalami dilema, terutama untuk tetap mempertahankan basis massa pendukungnya sambil meraih simpati dari publik lebih luas. Jika berhasil, partai itu akan memperoleh dua segmen itu. Namun, jika gagal, kedua segmen tersebut bakal lepas.


Semakin rasional


Tifatul mengungkapkan, PKS memang tertantang untuk mempertahankan orisinalitas dirinya atau mengembangkannya. Saat ini, partai itu berusaha mengembangkan diri dengan menerapkan pemikiran dan manajemen modern. Apalagi, masyarakat semakin rasional dan pengetahuan mereka kian tinggi.


Menurut Tifatul, gerakan Islam yang tidak mengadopsi pemikiran dan manajemen modern akan tergerus zaman. ”Organisasi tradisional akan meluruh dan habis,” katanya.


Dalam proses itu, papar mantan Presiden PKS itu, partainya semakin memperkuat organisasi, sumber daya, ideologi, visi, dan strategi. ”Kami juga tidak risau soal keuangan,” tuturnya.


Bagi Fachry Ali, PKS mempunyai modal citra sebagai partai yang bersih. Untuk bertahan di tengah sistem multipartai tanpa partai dominan, PKS memilih berkoalisi dengan partai politik pendukung pemerintah. Ada kompromi yang dilakukan oleh partai itu secara tertutup.


Din Syamsuddin menilai, PKS adalah kelanjutan dari spirit Masyumi yang dikembangkan dalam pentas demokrasi modern sekarang. Partai ini selalu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, tanpa meninggalkan ideologi Islam. ”PKS perlu memperjelas visinya tentang Indonesia,” ujarnya.


Gerakan Islam yang tidak mengadopsi pemikiran dan manajemen modern akan tergerus zaman.






kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar