PKS Ditantang untuk Lebih Membuka Diri
Jakarta,
Kompas 12 April 2012 - Partai Keadilan Sejahtera dinilai berhasil
mengawinkan aspirasi politik Islam dan demokrasi. Namun, partai ini
terus ditantang untuk lebih membuka diri pada perubahan, sekaligus
tetap mempertahankan basis pendukungnya.
Hal itu
disampaikan pengajar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Burhanuddin Muhtadi,
dalam diskusi buku ”Dilema PKS: Suara dan Syariah” di Jakarta, Selasa
(10/4). Buku itu karya Burhanuddin. Narasumber adalah Menteri
Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan pengamat politik Fachry Ali.
Menurut Burhanuddin,
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang dahulu bernama Partai Keadilan
(PK), merupakan pengembangan dari gerakan Islam yang tumbuh di kampus.
Penggiatnya berasal dari kaum muda, tinggal di perkotaan,
berpendidikan, dan punya pandangan keagamaan yang konservatif. Dalam
perkembangannya, partai ideologis itu makin membuka diri untuk
merangkul segmen masyarakat lebih luas.
”Dahulu
partai Islam dicitrakan antidemokrasi karena cenderung teokratik (paham
negara berdasar agama). Namun, ketika masuk dalam sistem demokrasi, PKS
kemudian menjadi semakin moderat. Partai ini mampu mengawinkan Islam
dan demokrasi,” katanya.
Saat ini,
lanjutnya, PKS masih mengalami dilema, terutama untuk tetap
mempertahankan basis massa pendukungnya sambil meraih simpati dari
publik lebih luas. Jika berhasil, partai itu akan memperoleh dua segmen
itu. Namun, jika gagal, kedua segmen tersebut bakal lepas.
Semakin rasional
Tifatul
mengungkapkan, PKS memang tertantang untuk mempertahankan orisinalitas
dirinya atau mengembangkannya. Saat ini, partai itu berusaha
mengembangkan diri dengan menerapkan pemikiran dan manajemen modern.
Apalagi, masyarakat semakin rasional dan pengetahuan mereka kian tinggi.
Menurut Tifatul, gerakan Islam yang tidak mengadopsi pemikiran dan manajemen modern akan tergerus zaman. ”Organisasi tradisional akan meluruh dan habis,” katanya.
Dalam
proses itu, papar mantan Presiden PKS itu, partainya semakin memperkuat
organisasi, sumber daya, ideologi, visi, dan strategi. ”Kami juga tidak risau soal keuangan,” tuturnya.
Bagi Fachry Ali,
PKS mempunyai modal citra sebagai partai yang bersih. Untuk bertahan di
tengah sistem multipartai tanpa partai dominan, PKS memilih berkoalisi
dengan partai politik pendukung pemerintah. Ada kompromi yang dilakukan
oleh partai itu secara tertutup.
Din Syamsuddin menilai,
PKS adalah kelanjutan dari spirit Masyumi yang dikembangkan dalam
pentas demokrasi modern sekarang. Partai ini selalu dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, tanpa meninggalkan ideologi
Islam. ”PKS perlu memperjelas visinya tentang Indonesia,” ujarnya.
Gerakan Islam yang tidak mengadopsi pemikiran dan manajemen modern akan tergerus zaman.
kompas.com
Halaman
Ngetop Abizzz...
-
Ditengah bertaburnya para bintang sepak bola, tidak menyangka diantara mereka ternyata banyak ya...
-
PKS Tambakrejo - Setelah resmi mengumumkan penghapusan tanda salib pada logo klub bagian atas, Real Madrid mendapat keuntungan bes...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar