Keputusan Jamaah Ikhwanul Muslimin
dan Partai Huriyah wal Adalah (FJP) yang mencalonkan Khairat Syatir sebagai
calon presiden Mesir masih terus melahirkan gema yang menjadi perbincangan dan
pernyataan sikap.
Salah satu di antaranya adalah
pernyataan pengunduran diri Abdullah Asy'al, pakar hukum internasional dan
salah seorang tokoh politik Mesir, yang sebelumnya diberitakan berniat untuk
mencalonkan diri sebagai kandidat presiden pada pemilihan presiden mendatang.
Dengan tegas beliau menyatakan bahwa dia mengurungkan pencalonannya sebagai capres untuk memberi peluang lebih besar kepada Khairat Syatir dalam pemilihan Presiden. Diapun mengapresiasi keputusan Ikhwanul Muslimin yang telah mengambil keputusan tersebut sebagia langkah jamaah yang tidak pernah henti untuk berkorban bagi bangsa Mesir. Beliau menegaskan bahwa kini dirinya berada dalam barisan Ikhwanul Muslimin dan tidak menunggu imbalan untuk itu. Melainkan untuk berbakti bagi negeri selama Ikhwan berjuang untuk negerinya. Tapi jika mereka menyimpang dari garis tersebut, beliau mengatakan tak ragu untuk berdiri sebagai penentangnya.
Dengan tegas beliau menyatakan bahwa dia mengurungkan pencalonannya sebagai capres untuk memberi peluang lebih besar kepada Khairat Syatir dalam pemilihan Presiden. Diapun mengapresiasi keputusan Ikhwanul Muslimin yang telah mengambil keputusan tersebut sebagia langkah jamaah yang tidak pernah henti untuk berkorban bagi bangsa Mesir. Beliau menegaskan bahwa kini dirinya berada dalam barisan Ikhwanul Muslimin dan tidak menunggu imbalan untuk itu. Melainkan untuk berbakti bagi negeri selama Ikhwan berjuang untuk negerinya. Tapi jika mereka menyimpang dari garis tersebut, beliau mengatakan tak ragu untuk berdiri sebagai penentangnya.
Di sisi lain, keputusan Jamaah
tersebut diambil berdasarkan surara mayoritas seluruh anggota Majelis Syura,
setelah tiga pekan mereka melakukan kajian mendalam untuk mewacanakan hal
tersebut. Meskipun ada suara tidak setuju, namun setelah Majelis Syura jamaah
telah menetapkannya berdasarkan hasil suara terbanyak, maka tidak ada
pihak-pihak yang menentang.
Di antara pihak yang berterus
terang memberikan suara tidak setuju dalam voting tersebut adalah DR. Mahdi
Akif, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin sebelumnya. Tapi kemudian dia berkata, "Tidak
ada lagi peluang memperdebatkan keputusan pencalonan Syatir, karena itu lahir
dari suara mayoritas." Beliau juga menambahkan, "Bahkan sekalipun
keputusan itu keliru, maka kekeliruan jamaah dalam naungan syura akan dibalas
dengan satu pahala, dan jika keputusan itu benar akan dibalas dengan dua pahala."
Demikian pula halnya denga putera
pendiri Ikhawanul Muslimin, Saiful Islam Hasan Al-Banna, beliau terus terang
memberikan suara tidak setuju. Akan tetapi beliau mengatakan bahwa "Soliditas
Ikhwan tidak akan terganggu, karena ini sudah menjadi keputasan jamaah."
Perkara lain lagi yang ditangkap
dari pencapresan Khairat Syatir adalah fleksibelitas dalam mengambil keputusan
sesuai dengan dinamika yang berkembang serta menampung aspirasi arus bawah.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya Ikhwanul Muslimin telah menyatakan bahwa
mereka tidak akan mencalonkan kadernya untuk pemilihan presiden Mesir. Namun
arus bawah terus mendesak agar Ikhwanul Muslimin mencalonkan kadernya sebagai
upaya membendung kembalinya figur-figur dari rezim lama kembali menguasai
perpolitikan Mesir. Begitu pula perkembangan terakhir yang dikhawatirkan adanya
pihak-pihak yang hendak mengalihkan tujuan revolusi dari jalur sebenarnya. Maka
berdasarkan semua itu, Ikhwan merubah keputusannya dan menetapkan Syatir
sebagai calon presiden dari jamaah dan partai.
Salah seorang tokoh di FJP,
Muhamad Kamal, mengatakan, "Keputusan ini menunjukkan bahwa Ikhwanul
Muslimin memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi dalam merespon setiap
dinamika yang berkembang."
Di kalangan kader, keputusan ini
mendapatkan respon yang sangat besar dan mereka bersiap mengerahkan segenap
potensi untuk mengusung calon yang telah ditetapkan oleh jamaah.
(Aljazeera.net, almoslim/ ak)
Islamedia -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar