Dr Warsito P. Taruno, b
Sekelompok ilmuwan CTech Laboratory, sebuah lembaga riset yang
berafiliasi dengan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI),
berhasil menemukan alat pembasmi kanker otak.
“Ini sebuah terobosan di dunia kedokteran yang telah berhasil
dilakukan ilmuwan Indonesia,” kata pimpinan tim peneliti CTech
Laboratory, Dr Warsito P. Taruno, yang juga aktif sebagai anggota
Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Partai Keadilan Sejahtera di Komisi
Kebijakan Publik yang salah satunya bertanggung jawab langsung dalam
merancang dan menyusun Platform Pembangunan PKS Bidang Perekonomian
Ia mencatat, “Ini pengembangan alat dari riset kami di bidang
tomografi, setelah alat pembasmi kanker payudara, kami berhasil
mendesain alat pembasmi kanker otak.” Ia menyampaikan hal itu usai
memberikan pemaparan dalam Temu Ilmiah Nasional Masyarakat Imuwan dan
Teknolog Indonesia (Temilnas MITI) wilayah Sumatera Bagian Utara di
Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selain itu, dia pun mengemukakan, temuan tersebut menggunakan
prinsip yang sama pada alat pembasmi kanker payudara, yaitu menerapkan
metode radiasi listrik statis, temuan itu, kata dia, telah diujicoba
oleh seorang pasien penderita kanker otak kecil.
“Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh
total. Saya baru mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim
dokter rumah sakit,” kata Ketua Umum MITI itu.
Kesuksesan tim dari CTech yang didukung oleh perusahaan Edwar
Technology ini dipaparkan dalam forum pertemuan yang dihadiri tidak
kurang dari 1.500 peserta dari berbagai kampus di Sumut, Sumatera Barat
dan Aceh.
Dalam seminar yang juga menghadirkan mantan Menteri Negara Riset dan
Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, dan staf pengajar
Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Yani Absah, Warsito menceritakan
proses terapi dari pasien penderita kanker otak kecil (cerebellum) yang
saat pertama datang dalam kondisi yang mengenaskan.
“Karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuh, maka
pasien sudah tak bisa menggerakkan seluruh ototnya. Dia hanya bisa
terbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman
yang diasupkan ke mulutnya,” katanya.
Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan
diagnosis dokter. Dalam terapi ini, Warsito menjelaskan, pihaknya
memang bekerjasama dengan tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari
sebuah rumah sakit besar di Jakarta.
“Reaksi positif sudah kami peroleh dalam beberapa hari pemakaian.
Pasien sudah bisa tersenyum dan sepekan kemudian sudah bisa menerima
asupan makanan dan minuman dari mulutnya. Kondisi semakin membaik dalam
waktu sebulan karena ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Dan,
puncaknya, dua bulan setelah terapi, pasien dinyatakan sembuh total
dari kanker otaknya,” katanya.
Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini,
sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam
dunia kedokteran. Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara
medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan
pasien atau keluarganya.
“Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini
menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal,” katanya.
Warsito mengakui bila ini masih dalam taraf penelitian yang perlu
dielaborasi lebih jauh. “Perlu kajian dan penelitian lebih lanjut.
Mungkin ada hal-hal yang kami belum ketahui, khususnya dalam dunia
medis,” katanya. Sementara, mantan Menristek Suharna Surapranata
menyambut baik temuan dari tim CTech dan MITI ini.
Menurut dia, perlu kajian lebih lanjut dan partisipasi banyak pihak
yang berkepentingan guna mendapatkan hasil yang lebih baik. “Kalau
mendengar paparan beliau, saya kira ini satu hal yang luar biasa dan
perlu mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah. Juga
para pemangku kebijakan dari bidang kesehatan agar hasil penelitian dan
penemuan ini memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia
dan dunia,” demikian Suharna Surapranata.
Sumber : antaranews | republika | fimadani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar