Ngetop Abizzz...

Senin, 20 Februari 2012

Dua Bulan Kurang Sepuluh Hari, Pengampunan Itu Tiba - Serial Tabuk – 12

Oleh : Cahyadi Takariawan

gambar : Google
Kapankah masa hukuman ini berakhir ? Hari-hari terasa semakin panjang dan semakin melelahkan. Kesunyian makin mencekam, semenjak bertambahnya hukuman untuk berpisah tempat tinggal dengan isteri. Hari-hari dijalani sendiri, sunyi, sepi, tidak ada suara yang ditujukan kepada dirinya. “Akhirnya, hari-hari selanjutnya aku hidup seorang diri di rumah. Lengkaplah bilangan malam sejak orang-orang dicegah berbicara denganku menjadi 50 hari 50 malam”, ungkap Ka’ab.
Sebuah perjuangan yang luar biasa. Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana rasanya dikucilkan dari jama’ah selama hampir dua bulan lamanya. Kita tidak bisa mengerti, bagaimana kesunyian mencekam dan menikam jantung mujahid setiap harinya. Tanpa mengetahui sampai kapan hukuman ini akan berakhir. Tanpa bisa meminta kejelasan apakah hukuman ini berlaku untuk selamanya. Tanpa ada seorang pun yang hadir sebagai pembela dan pendamping atas masalah yang dihadapinya.


Dua Bulan Kurang Sepuluh Hari
Hanya Allah yang menjadi harapan mereka. Tidak pernah lelah mereka meminta ampunan kepada Allah, dan memohon agar Allah segera menurunkan keputusan atas kesalahan yang telah mereka lakukan. Mereka benar, harapan itu selalu ada. Allah Maha Adil dan Bijaksana. Allah Maha Mengetahui semua yang dikerjakan hamba.

Hari demi hari dilalui, sampilah kini malam ke lima puluh. Dua bulan kurang sepuluh hari menjalani masa hukuman yang teramat sunyi.
“Pada waktu sedang shalat subuh di suatu pagi dari malam yang kelimapuluh ketika aku sedang duduk berdzkir minta ampun dan mohon dilepaskan dari kesempitan hidup dalam alam yang luas ini, tiba-tiba aku mendengar teriakan orang-orang memanggil namaku”.
“Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah! Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah!”
“Mendengar berita itu aku langsung sujud memanjatkan syukur kepada Allah. Aku yakin pembebasan hukuman telah dikeluarkan. Aku yakin, Allah telah menurunkan ampunan-Nya”.
Subhanalla, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar ! Hari yang ditunggu-tunggu itupun tiba. Kegembiraan terluapkan tanpa bisa dilukiskan dengan kata-kata. Limapuluh hari menunggu datangnya berita pengampunan dosa, Ka’ab yakin, inilah saatnya.
Sungguh Ka’ab belum mengetahui apa isi beritanya. Orang-orang berteriak memanggil-manggil namanya, “Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah! Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah!” Ia sangat yakin, mereka membawa berita gembira tentang pengampunan dirinya. Tangis kegembiraan tumpah, Ka’ab segera sujud syukur, merasakan kesyukuran yang tiada terkira.
“Rasulullah menyampaikan berita itu kepada sahabat-sahabatnya seusai shalat shubuh bahwa Allah telah mengampuni aku dan dua orang shahabatku. Berlomba-lombalah orang mendatangi kami, hendak menceritakan berita gembira itu. Ada yang datang dengan berkuda, ada pula yang datang dengan berlari dari jauh mendahului yang berkuda”.

Usai shalat Shubuh Nabi menyampaikan kepada para sahabat bahwa beliau mendapatkan wahyu dari Allah tentang pengampunan dosa tiga mujahid yang tidak berangkat ke Tabuk. Para sahabat tidak sabar ingin menyampaikan berita gembira itu kepada Ka’ab, mereka segera berlomba menuju rumah Ka’ab. Semua sahabat merindukan Ka’ab dan tidak tega melihat hukuman yang dihadapi Ka’ab. Maka begitu pengampunan tiba, mereka segera berhamburan menuju rumah Ka’ab.

“Sesudah keduanya sampai di hadapanku, aku berikan kepada dua orang itu kedua pakaian yang aku miliki. Demi Allah, saat itu aku tidak memiliki pakaian kecuali yang dua itu”.
Dua sahabat yang datang pertama ke rumah Ka’ab dan menyampaikan kabar gembira itu, segera disambut dengan hadiah oleh Ka’ab. Ia tidak memiliki apapun untuk diberikan sebagai hadiah. Hanya dua potong baju, dan segera diberikan kepada dua sahabat itu. Saking gembira hatinya, ia tidak peduli bahwa ternyata ia tidak punya baju lagi untuk menghadap Nabi.
“Aku mencari pinjaman pakaian untuk menghadap Rasullah. Ternyata aku telah disambut banyak orang dan dengan serta merta mereka mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah, tidak seorang pun dari muhajirin yang berdiri dan memberi ucapan selamat selain Thalhah. Sikap Thalhah itu tak mungkin aku lupakan. Sesudah aku mengucapkan salam kepada Rasulullah, mukanya tampak cerah dan gembira, katanya kemudian, ‘Bergembiralah kau atas hari ini! Inilah hari yang paling baik bagimu sejak kau dilahirkan oleh ibumu!”

Subhanalla, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar ! Benarlah sabda Nabi, bahwa hari itu merupakan hari terbaik dalam kehidupan Ka’ab semenjak dilahirkan ke dunia ini. Ia mendapatkan pengampunan langsung dari Allah, melalui satu ayat yang diwahyukan kepada Nabi saw.

gambar : Google

Sikap Positif Mendatangkan Kebahagiaan
Sikap positif yang ditampakkan Ka’ab selama menjalani masa hukuman, benar-benar membuahkan kebahagiaan. Ia tidak menolak, membangkang atau meberontak tatkala mendapatkan hukuman. Ia juga tidak memberontak tatkala mengetahui bahwa ada delapan puluh orang lainnya tidak dihukum padahal mereka juga tidak berangkat ke Tabuk. Ka’ab menghadapi semua hukuman dengan sikap positif, dengan sepenuh kerelaan atas keputusan Allah dan RasulNya.
“Apakah dari Allah ataukah dari engkau ya Rasulullah?’ tanyaku tidak sabar.
‘Bukan dariku! Pengampunan itu datangnya dari Allah!’ jawab Rasul saw”.
“Demi Allah, aku belum pernah merasakan besarnya nikmat Allah kepadaku sesudah Dia memberi hidayah Islam kepadaku, lebih besar bagi jiwaku daripada sikap jujurku kepada Rasulullah saw.”
Subhanalla, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar ! Kebahagiaan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. “Ka’ab lalu membaca ayat pengampunannya itu dengan penuh haru dan syahdu, sementara air matanya berderai membasahi kedua pipinya”.

Mendapatkan ayat langsung dari Allah melalui Nabi, Subhanalla, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar ! Betapa tinggi posisi Ka’ab, Murarah dan Hilal. Kendati pernah bersalah, namun Allah memberikan apresiasi langsung kepada mereka bertiga. Tidak sia-sia sikap positif Ka’ab selama ini. Tidak sia-sia ia menolak ajakan Raja Ghassan dan membakar suratnya. Tidak sia-sia ia menyuruh isterinya pergi ke rumah keluarganya. Semua berbuah indah. Semua mendatangkan kebahagiaan.
Inilah ayat istimewa untuk mereka bertiga…..
Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah melainkan kepada-Nya saja. Kemudian, Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang” (At-Taubah:118)

Subhanalla, walhamdulillah, wala ilaha illallah, wallahu akbar !
Para mujahid dakwah itu telah mendapatkan pengampunan. Namanya telah direhabilitasi, langsung dari Allah. Bahkan Allah memberikan apresiasi atas taubat panjang mereka dalam kesunyian……..
Semoga kita bisa meneladani sikap mulia mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar