Ditengah bertaburnya para bintang sepak bola, tidak menyangka diantara mereka ternyata banyak ya...
Selasa, 14 Februari 2012
KEAJAIBAN ISTIGHFAR: KISAH 7
Oleh : Ust. A. Mudzoffar Jufri
Hatinya selalu diselimuti kesedihan dan kepedihan. Pikirannya semrawut
dan kacau. Keceriaan dan kebahagiaan telah enyah dari kehidupannya.
Hari-harinya terasa begitu berat dan kelam. Dan itu semua terjadi
setelah suaminya tiba-tiba berubah total 180 derajat. Setelah beberapa
tahun bersama di bawah satu atap sebagai suami istri dengan kehidupan
yang cukup tenang, damai, bahagia dan ceria. Dimana selama itu sang
suami adalah seorang yang baik, lembut, dan penyayang. Tapi tiba-tiba
saja ia berubah menjadi suami yang kasar, bengis dan ringan tangan.
Hampir tidak ada hari yang dilewati istri tanpa kekerasan dan pukulan
yang diterimanya dari suami. Dan ketika mengenang kembali masa
lalu, iapun masih ingat betul betapa halus kata-kata suami saat itu.
Betapa lembut sikapnya, dan betapa mulia perangainyanya. Lalu ia
bandingkan dengan kondisinya sekarang, maka apa yang terjadi
benar-benar tidak bisa dicerna oleh nalar dan akal siapapun. Iapun tak
habis pikir, heran dan hanya bisa bertanya-tanya, ada apa gerangan? Apa
yang sejatinya telah terjadi padanya dan pada keluarganya? Apa yang
keliru? Apakah ada kesalahan fatal yang pernah dilakukannya tanpa
disadarinya? Atau telah sampai kepadanya hal negatif tertentu yang
tidak pernah diperbuatnya, atau kata-kata buruk yang tidak ia ucapkan?
Atau… atau… dan atau…?
Ya. Pertanyaan demi pertanyaan itulah yang
terus menggelayut di hatinya tiap hari, tanpa mendapatkan jawaban yang
masuk akal. Sementara itu perilaku dan sikap buruk suaminya terhadapnya
dari hari ke hari semakin bertambah dan menjadi-jadi. Sehingga iapun
merasa tak lagi nyaman duduk bersamanya, dan tak tahan tinggal serumah
dengannya. Namun setiap kali mengadu kepada keluarganya, mereka selalu
menasehatinya agar tetap sabar dan tabah, minimal demi anak-anak.
Sehingga akhirnya iapun yakin bahwa, hanya Allah sajalah tempat ia
harus bergantung, bersandar dan mengadu. Dia-lah Dzat Yang Maha
Mengetahui segala yang ghaib, dan Yang Menghilangkan semua musibah,
bencana dan kepedihan. Maka iapun mulai selalu berdoa dan berdzikir wa
bilkhusus dengan doa dan dzikir istighfar, sebanyak-banyaknya, pagi dan
petang, siang dan malam, serta dalam segala kondisi dan keadaan, tanpa
henti dan tanpa putus asa. Tentu juga disamping menambah
ketaatan-ketaatan yang lain. Dan tak lupa ia juga menyibukkan diri
dengan lebih tekun mengajarkan Al-Qur’an dan lain-lain kepada
anak-anaknya. Semua itu ia lakukan, terutama doa dan dzikir istighfar,
dengan niat khusus dan harapan spesial agar Allah melepaskannya dari
derita yang dialaminya.
Dan pada hari kelabu itu, suaminya masuk
rumah dan tanpa ba bi bu tiba-tiba langsung menghajarnya tanpa ampun,
secara lebih keras daripada biasanya. Dan setelahnya langsung keluar
lagi dan pergi, tanpa hirau dan peduli terhadap apa yang telah
dilakukannya pada istrinya. Kalau sudah begini rasanya sudah tidak ada
tempat lagi untuk lebih bersabar. Iapun lalu bangkit dan menangis
sejadi-jadinya. Sejurus kemudian ia lalu menghubngi keluarganya, dan
menceritakan apa yang barusan dialaminya, serta meminta mereka untuk
segera datang menjemputnya.
Merekapun datang dan tetap berusaha
untuk menabahkan dan mensabarkannya. Namun saat melihat langsung akibat
buruk yang menimpa putri mereka, dan bekas yang ditinggalkan oleh
kebengisan suaminya, merekapun sempat berfikir meluluskan keinginannya
untuk pulang bersama mereka dan meninggalkan suaminya. Namun saat
mereka sedang berfikir, menimbang-nimbang dan berdiskusi. Dan ketika
suasana sedang hening. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara sangat
keras yang tampaknya berasal dari arah dapur. Merekapun buru-buru ke
belakang untuk mencari tahu sumber suara, dan memastikan apa yang
sebenarnya terjadi. Mereka sempat keliling memeriksa seluruh pojok
rumah tanpa menemukan sesuatu yang jatuh atau yang mencurigakan,
sebelum akhirnya pandangan mata mereka tertuju ke arah sepotong keramik
lantai yang terlepas dan bergeser dari tempatnya. Merekapun heran
bagaimana itu bisa terjadi, dan siapa yang mengangkatnya?
Selanjutnya
secara berhati-hati dan dengan sedikit deg-degan mereka mencoba
mengangkat keramik yang lepas itu, dan mereka semakin kaget karena
ternyata dibawahnya ada sesuatu yang diduga kuat merupakan sarana
sihir. Merekapun bingung bercampur takut, dan tidak tahu harus berbuat
apa. Sebagian mereka lalu berinisiatif untuk menghubungi seorang ahli
ruqyah, dan berkonsultasi kepadanya. Dimana mereka kemudian diarahkan
tentang cara memusnahkan benda sihir itu dan melepaskan diri dari
pengaruh jahatnya.
Semua itu terjadi, sementara sang suami masih
berada di luar rumah. Tapi tak lama kemudian, dan setelah suasana rumah
kembali normal, suamipun pulang. Mengetahui suaminya datang, sang
istripun langsung gemetaran dan ketakutan, karena membayangkan akan
segera menjadi sasaran kebengisannya lagi, seperti biasa, dan kali ini
justru di hadapan keluarganya! Tapi apa yang dikhawatirnya itu ternyata
tidak terjadi sama sekali. Suaminya justru datang untuk membuatnya
tertawa seperti dulu lagi, setelah membuatnya selalu menangis, dan
untuk mengobati dukanya, setelah sebelumnya selalu melukainya, baik di
hatinya maupun juga pada fisiknya. Ya, sang suami masuk rumah kali ini
dengan wajah ceria, senyum mengembang dan hadiah yang ditenteng di
tangannya. Persis seperti kebiasaannya hampir setiap kali pulang, dulu
beberapa tahun yang lalu, sebelum perubahan aneh itu dialaminya …!
Berikutnya semua kembali normal lagi seperti sedia kala. Sifat dan
sikap suami telah pulih sesuai aslinya, dengan kata-kata manisnya,
sikap lembutnya, dan segala perangai mulianya! Kesedihanpun sirna, dan
kepedihan hilang, tergantikan oleh keceriaan dan kebahagiaan…!
Sementara itu sang istri yakin seyakin-yakinnya bahwa, semua itu
terjadi dengan izin dan taufiq Allah, berkat wasilah doa dan istighfar
yang selalu dilantunkannya selama ini! Fal-hamdu lillahi Rabbil ‘alamin…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar