Ditengah bertaburnya para bintang sepak bola, tidak menyangka diantara mereka ternyata banyak ya...
Selasa, 14 Februari 2012
KEAJAIBAN ISTIGHFAR: KISAH 8
Oleh : Ust. A. Mudzoffar Jufri
Soal jodoh dan pernikahan adalah masalah yang paling mendominasi
perhatian dan pemikiran umumnya gadis yang telah cukup umur dan siap
menikah. Disamping karena memang begitulah fitrahnya, juga itulah
materi pertanyaan dan bahan "interogasi" yang hampir selalu diajukan
oleh berbagai pihak kepada setiap gadis yang dinilai "sudah waktunya",
lebih-lebih jika usianya dianggap telah masuk kategori "tertinggal
kereta", karena sudah memasuki masa usia "kritis" bagi seorang gadis!
Begitu pula denganku. Sebagai seorang gadis normal yang telah cukup
usia, tentu akupun seperti yang lainnya, ingin segera mendapatkan jodoh
dan memasuki jenjang dan tahapan kehidupan yang termasuk paling
menentukan, yakni jenjang pernikahan dan tahapan hidup berkeluarga.
Tapi disaat yang sama aku juga tetap harus selektif. Aku memang ingin
secepatnya menikah, namun aku juga tidak ingin dapat suami yang
"sembarangan". Bahkan dalam hal ini mungkin dibilang aku termasuk yang
perfect. Karena memang kriteria yang aku patok untuk calon suamiku
cukup tinggi, nyaris sempurna. Ya, aku memang "mensyaratkan" calon
imamku dalam keluarga dan calon bapak anak-anakku nanti insya-allah,
tidak sekadar sosok yang saleh dalam dirinya saja, melainkan juga
sekaligus harus "mushlih", yakni aktivis dakwah yang punya komitmen dan
kontribusi riil dalam upaya untuk mensalehkan orang lain, masyarakat
dan kehidupan. Disamping itu ia haruslah seorang yang berilmu dan
berpengetahuan syar'i yang mumpuni. Dan last but not least, sejak lama
aku selalu mengharap-harap datangnya seorang calon suami yang
"mujahid", yakni yang menyimpan gelora semangat "jihad" dalam rangka
membela dan memperjuangkan dinullah, serta memiliki andil nyata di
dalamnya, sesuai ketentuan syariah dan tuntutan realita kondisi dan
situasi yang ada.
Nah, demi tergapainya cita-cita itu, akupun tak
pernah henti selalu berharap dan tentu saja sekaligus menempuh beragam
upaya dan usaha yang syar'i sesuai batas kemampuan yang kumiliki. Dan
diantara upaya dan usaha itu adalah doa dan munajat, yang tak
putus-putus senantiasa kupanjatkan kepada Allah Ta'ala, di setiap waktu
dan kesempatan, siang dan malam, pagi dan petang.
Dan empat tahun
lamanya doa-doa permohonan khusus untuk jodoh ini secara istiqamah
selalu aku lantunkan, namun pemuda "shalih - mushlih - mujahid" yang
kutunggu-tunggu itu tak jua kunjung datang. Sampai akhirnya aku
mendengar tentang keajaiban fadhilah istighfar dan kedahsyatan
pengaruhnya sebagai wasilah istimewa bagi terwujudnya beragam
keinginan, cita-cita dan harapan.
Maka sejak saat itu, akupun
kemudian lebih mengutamakan dan mendominankan dzikir serta doa
istighfar ini daripada yang lain. Sehingga hari-hari hidupkupun menjadi
hari-hari penuh istighfar dan tobat kepada Allah Yang Maha Pengampun
dan Maha Penerima tobat. Dan lafal istighfar favorit yang biasa aku
baca dan lafalkan adalah istighfar dari Nabi SAW. ini:
“Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum, wa atubu
ilaih” (Aku bersitighfar memohon ampun kepada Allah, Yang tiada tuhan
yang berhak diibadahi selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengurus,
dan aku bertobat kepada-Nya). Biasanya aku melafalkan istighfar itu
sampai 1500 kali. Selain itu aku juga menambah dengan lafal yang lebih
pendek: "Astaghfirullah, wa atubu ilaih" (Aku beristighfar memohon
ampun kepada Allah, dan aku bertobat kepada-Nya).
Dan subhanallah.
Istighfar memang benar-benar ajaib dan dahsyat. Setelah enam bulan dari
istighfar khususku itu, jodoh yang telah cukup lama kuharap-harap dan
kunanti-nanti itupun akhirnya datang juga. Dan hampir persis dengan
seluruh kriteria "perfect"-ku yang telah kusebutkan diatas. Beliau
seorang yang insya-allah saleh, aktivis dakwah, bergelar doktor di
bidang ilmu hadits, dan sekaligus seorang yang di mataku pantas
menyandang titel mujahid. Bahkan seperti harapanku, ternyata beliau
juga berasal dari suku yang sama denganku... Subhanallah...! Akupun
tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah atas karunia istimewa-Nya,
dan sekaligus berharap semoga selanjutnya pernikahan dan kehidupan
rumah tangga kami selalui dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu
wa Ta'ala dalam segala sisi dan aspeknya...! Aamiin ya
Rabbal-'alamin...!
Catatan: Mohon jangan sampai ada yang salah
paham terhadap kandungan alur kisah diatas, sehingga keliru menyangka
misalnya bahwa, dzikir dan doa dengan berbagai macamnya, secara mutlak
tidak seefektif dan tidak sebesar pengaruh istighfar! Perlu diingatkan
bahwa, semuanya, baik dzikir, doa, istighfar dan lain-lain, pada
dasarnya memiliki potensi pengaruh yang sama sebagai wasilah guna
mewujudkan keinginan dan menggapai harapan kepada Allah. Yang
membedakan pengaruh amalan-amalan itu, satu sama lain, sebenarnya
adalah kondisi masing-masing orang, dipadu dengan faktor cocok atau
tepat tidaknya jenis amalan yang dipilihnya. Sehingga seperti kasus
kisah sang gadis diatas misalnya, mungkin memang iftighfarlah yang
lebih cocok dan lebih tepat untuk kondisinya. Sementara itu untuk
banyak orang yang lainnya, boleh jadi sebaliknya, justru dzikir
tertentu atau doa tertentu atau amalan tertentu lain lagi, yang lebih
cocok, lebih tepat, lebih "klik", dan lebih efektif! Khusus untuk makna
ini, silakan dibaca lagi catatan terdahulu tentang: Resep Amalan Jitu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar