kompasiana
Terungkapnya berita ini bermula dari pesan singkat (SMS/BBM) yang beredar di kalangan tertentu, terkait langkah Ketua KPK Abraham Samad yang akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menpora Andi Alfian Malarangeng.
Peristiwa itu berawal ketika Ketua KPK Abraham Samad sudah siap hendak menandatangani surat perintah penangkapan terhadap Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menpora Andi Malarangeng. Namun langkah ini dicegah oleh Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto, yang menyarankan agar menunda dulu rencana penangkapan tersebut.
Pencegahan inilah yang membuat Abraham naik pitam. Kontan saja suara hiruk pikuk dari ruang kantor Abraham yang sedang membanting-banting meja kursi itu terdengar oleh banyak petugas KPK yang lain, dan tanpa diketahui siapa yang memulai tahu-tahu berita ini sudah beredar dan menjadi perbincangan anggota dewan
Akbar Faisal berpendapat bahwa sangat masuk akal jika Abraham Samad sampai naik pitam sehingga membanting meja kursi di ruang kantornya lantaran ada pimpinan KPK lain yang berusaha menghalangi keputusan KPK untuk menangkap Anas Urbaningrum dan Andi Malarangeng. “Saya mengenal Abraham sebagai orang paling keras kepala yang saya kenal,” ungkap Akbar kepada para wartawan usai menjadi pembicara dalam acara Forum Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, di Jakarta, pada hari Kamis (26/1/2012).
Abraham Samad Bantah
Ketua KPK Abraham Samad membantah keras dia menggebrak meja dalam sebuah rapat, seperti diberitakan beberapa media, dan kemudian ramai pula diperbincangkan di dunia maya. Bahkan seorang anggota DPR sampai menuliskannya lewat twitter, dan mengaku dapat info dari kalangan dalam KPK.
Ketika dikonfirmasi Jumat sore oleh TV One, Abraham Samad yang didampingi Bambang Widjojanto dan Busyro Muqaddas, hanya tertawa. “Kami solid, tidak benar ada kejadian seperti itu. Sumbernya dari mana?” ujar Abraham.
Disebutkan Abraham, ia baru pulang dari Umroh, dan pekan ini tidak ada rapat membahas Anas. “Apalagi disebut rapat hari Senin, ngawur itu. Senin kantor libur Imlek,” ujarnya. Ditegaskan, semua putusan diambil secara kolegial, dan menyangkut kasus Wisma Atlet maupun Anas, masih terus didalami. “Tidak mungkinlah ada penetapan tersangka tanpa didahului ekspos kasus. Untuk Anas, belum ada ekspos kasus,” ujar Abraham.
Sementara itu, Gatra online melaporkan bahwa setelah kejadian itu, para Dewan Pembina Partai Demokrat berkumpul di Cikeas, untuk membahas masalah tersebut. Media memberitakan, pertemuan itu untuk merapatkan barisan supaya semakin solid dan kuat. Padahal diduga, pertemuan itu membahas rencana penangkapan kedua kadernya oleh KPK.
citizenjurnalism | tvone | gatra |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar